Kamis, 31 Oktober 2013

Malam Midodareni


Midodareni
Malam Midodareni adalah malam menjelang akad nikah dan
panggih.  Midodareni biasanya dilaksanakan antara jam 18.00 sampai dengan
jam 24.00 ini disebut juga sebagai malam midodareni, calon penganten tidak
boleh tidur. Perias atau pemaes melakukan adat kerikan.
Kerik
(cukur) ini biasanya dimaksudkan sebagai pertanda bahwa pengantin sudah bukan
anak-anak / remaja lagi dan akan memasuki fase dewasa. Karena itu, rambut
lembut yang ada di jidat dan leher, yg orang sering bilang rambut remaja akan
dicukur.
Saat akan melaksanakan midodaren ada petuah-petuah dan nasihat serta
doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam :
  • Sepasang kembar mayang (dipasang di kamar
    pengantin)
  • Sepasang klemuk ( periuk ) yang diisi dengan
    bumbu pawon, biji-bijian, empon-empon dan dua helai bangun tulak untuk
    menutup klemuk tadi
  • Sepasang kendi yang diisi air suci yang cucuknya
    ditutup dengan daun dadap srep ( tulang daun/ tangkai daun ), Mayang jambe
    (buah pinang), daun sirih yang dihias dengan kapur.
  • Baki yang berisi potongan daun pandan, parutan
    kencur, laos, jeruk purut, minyak wangi, baki ini ditaruh dibawah tepat
    tidur supaya ruangan berbau wangi.
Adapun dengan selesainya midodareni saat jam 24.00
calon pengantin dan keluarganya bisa makan hidangan yang terdiri dari :
  • Nasi gurih
  • Sepasang ayam yang dimasak lembaran ( ingkung,
    Jawa )
  • Sambel pecel, sambel pencok, lalapan
  • Krecek
  • Roti tawar, gula jawa
  • Kopi pahit dan teh pahit
  • Rujak degan
  • Dengan lampu juplak minyak kelapa untuk
    penerangan (zaman dulu)
Tapi makna Malam Midodareni lebih dalam dari pada itu.
Bisa terlihat dari prosesi yang akan dilaksanakan pada Malam Midodareni .
Prosesi malam Midodareni antara lain adalah (sesuai urutan) :
Jonggolan / Nyantri
Jonggolan / Nyantri adalah datangnya calon pengantin
pria ke tempat calon mertua. ‘Njonggol’ diartikan sebagai menampakkan diri.
Tujuannya untuk menunjukkan bahwa dirinya dalam keadaan sehat dan selamat, dan
hatinya telah mantap untuk menikahi putri mereka.
Pada saat Malam Midodareni, calon pengantin pria
melakukan jonggolan tidak didampingi oleh orang tua nya. Namun hanya di
dampingi oleh wakil keluarga yang telah ditunjuk oleh orang tua pengantin pria.
Pada saat Malam Midodareni calon pengantin pria memberikan calon pengantin
wanita berupa bingkisan yang berisi semua kebutuhan sehari-hari calon pengantin
wanita. Bingkisan ini yang biasa disebut Seserahan. Dan harus dalan jumlah ganjil.
Selama berada di rumah calon pengantin wanita, calon
pengantin pria menunggu di beranda dan hanya disuguhi air putih oleh calon ibu
mertua / ibu calon pengantin wanita.
Tantingan
Setelah calon pengantin pria datang menunjukkan
kemantapan hatinya dan diterima niatnya oleh keluarga calon pengantin wanita
saatnya calon pengantin wanita (sekali lagi) ditanya oleh kedua orang tuanya
tentang kemantapan hatinya.
Pada malam midodareni calon pengantin wanita hanya
diperbolehkan berada di dalam kamar pengantin. Dan yang dapat melihat hanya
saudara dan tamu yang wanita saja. Para Gadis dan Ibu-ibu.
Kedua orangtua mendatangi calon pengantin wanita di
dalam kamar, menanyakan kemantapan hatinya untuk berumah tangga. Maka calon
pengantin wanita akan menyatakan ikhlas menyerahkan sepenuhnya kepada orangtua.
Pembacaan dan Penyerahan Catur Wedha
Catur Wedha adalah wejangan yang disampaikan
oleh calon bapak mertua / bapak calon pengantin wanita kepada calon pengantin
pria. Catur Wedha ini berisi empat pedoman hidup. Diharapkan Catur Wedha ini
menjadi bekal untuk calon pengantin dalam mengarungi hidup berumah tangga
nanti.
Wilujengan Majemukan
Wilujengan Majemukan adalah silaturahmi antara
keluarga calon pengantin pria dan wanita yang bermakna kerelaan kedua pihak
untuk saling berbesanan. Selanjutnya ibu calon pengantin wanita menyerahkan
angsul-angsul atau oleh-oleh berupa makanan untuk dibawa pulang, orang tua
calon pengantin wanita memberikan kepada calon pengantin pria :
  • Kancing gelung : seperangkat pakaian untuk
    dikenakan pada upacara panggih
  • Sebuah pusaka berbentuk dhuwung atau keris, yang
    bermakna untuk melindungi keluarganya kelak.
Begitulah proses Malam Midodareni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar